Senin, 22 April 2013

SEKILAS TENTANG SEJARAH KAPUNG KALA BINTANG

Menurut sejarah orang dahulu masyarakat owak linge yang konon katanya tidak mau mati-mati/meninggal dengan syarat geluni hitam di sungken(diaduk) ke dalam periuk nasi yang baru dimasak lalu dimakan maka orang yang makan nasi tersebut menjadi awet muda, sehingga di kampung owak linge tersebut tidak ada yang meninggal jadi masyarakat kampung owak linge bingung dengan semua pristiwa tersebut sehingga mereka rindu dengan kematian/meninggal. Maka pada suatu hari masyarakat kampung owak linge mendengar kabar seseorang meninggal di kampung Bintang, sehingga dibelilah mayat tersebut untuk dibawa ke kampung owak linge setelah sampai ke kampung owak linge mayat tersebut ditangisi selama tujuh hari tujuh malam dan ditabur air mas kemayat tersebut, lalu terjadilah fenomena yang begitu dahsyat semua orang yang menangisi mayat tersebut habis meninggal satu per satu ada sebagian masyarakat yang masih hidup lari ketakutan ke daerah toweren, disana mereka memulai hidup baru dengan bercocok tanam dan bermukim didaerah pinggiran danau lut tawar yaitu owak toweren. Entah sebab apa ada perselisihan, masyarakat yang berasal dari owak linge hendak kembali lagi dari toweren ke owak linge, diperjalanan mereka menginap di atu telak bintang, lalu terbetik kepada Raja Bukit yang pada saat itu menjadi raja di daerah bintang. Raja Bukit mengajak mereka untuk tinggal bersama raja bukit di kawasan bintang masyarakat owak linge mau tetapi dengan syarat raja harus memberikan area persawahan dan tempat permukiman.
Ampun/Reje Bukit menyanggupi permintaan tersebut atas dasar tersebutlah masyarakat owak linge bermukim dikuala bintang bercocok tanam dan berkembang dikuala bintang. Dengan perkembangan daerah dan penduduk yang semakin berkembang, pergantian pimpinan kuala bintang berubah nama menjadi linung Bulen II dari linung Bulen II pada tahun 2002 dimekarkan menjadi Kampung Kala Bintang sampai sekarang. Kampung Kala Bintang merupakan yang terletak di Kecamata Bintang Kabupaten Aceh Tengah.

1 komentar: